Akulah si dewi hujan, Agisni Safarina. Dewi hujan si penikmat desiran Dewa Tanah. Saat cinta, canda, dan tawa. Yang kita rangkai berjalan sempurna. Tapi tak pernah saling menatap. Tapi bagai venus dan mars. Dan kini aku hanya berdiri dibawah hujan. Menunggu saat dimana badai itu akan datang. Bahkan mamang sudah ada di sekolah 1 jam sebelum be.

Go! Emang udah jadi kebutuhan masyarakat di zaman sekarang. Apalagi buat orang-orang yang tinggal di kota besar, emang butuh banget yang namanya jalan-jalan buat menyegarkan pikiran lagi. Kalo gue emang punya hobby buat jalan-jalan ke tempat baru yang belom pernah gue kunjungi sebelumnya. Kaya pantai di Jogja yang menurut gue ciamik. Banget dari segi pemandangan ataupun ambience. Nice view to ride your bike. Setelah kurang lebih setengah jam .

Buat kamu yang selalu terbayang. Tapi tak tergapai oleh asa dan selalu terasa dalam gelap yang berkilau. Sudikah kamu jika kiranya aku putarkan beberapa alunan nada ringan. Berharap agar bersama lagi kita bernyanyi lirih pelan hampir tak terdengar. Suatu hari nanti, jika aku masih mengingatnya. Mungkin akan kutuliskan sepucuk surat berisi ingatan yang pernah nampak jelas saat gelap dan pudar saat surya terbit. Untuk dia yang pernah berteduh.